Senin, 09 Agustus 2010

System internasional mendanai kejahatan gaza Penulis: Max Keiser

System internasional mendanai kejahatan gaza

Penulis: Max Keiser

Yohanes Reinnamah..

Sabtu, 17 Jan 2009 01:49:25 GMT

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan koresponden Press TV, analis pasar uang Max Keiser ditanyai siapa yang mendapat uang dari pembunuhan anak-anak di Gaza?

Keiser menjawab bahwa bila Gaza membeli ratusan ribu milyar dolar obligasi beragun aset (CDO) buruk dari Goldman (Sachs) dan J P Morgan, maka ia akan ditolong bukannya dibombardir habis-habisan.

Keiser menunjukkan bahwa sejak penyerangan mematikan tanggal 27 Desember di Gaza, harga mata uang dolar dan pound merosot, sementara shekel Israel konstan. Ia menjelaskan bahwa penyebab perubahan nilai mata uang AS dan Inggris adalah pemindahan aset milik sindikat pencuci-uang (money laundering syndicates) ke Israel.

Keiser mencatat bahwa karena krisis finansial di AS dan Inggris, para sindikat pencuci uang ini tidak lagi dapat berfungsi di negeri-negeri tersebut, maka terjadilah transfer dana mereka secara massal ke Israel.

Koresponden Press TV juga menanyakan tentang fosfor putih yang diproduksi di Pine Bluff, Arkansas dan digunakan di Gaza oleh Israel. Manakah kelompok kepentingan atau individu yang mendapat uang dari perang ini?

Keiser menjawab bahwa persoalannya bukanlah siapa yang mendapat uang melainkan siapa yang menerima uang dari AS, sebuah negeri bangkrut dengan mata uang yang tak lagi memiliki status internasional yang riil.

Keiser juga menyarankan bahwa Tiongkok harus menghentikan ketergantungannya terhadap dolar AS dan seluruh dunia harus mengambil tanggung jawab global terhadap apa yang sedang terjadi di Gaza dengan memboikot produk-produk Israel dan AS. Ia juga menyarankan penghentian penggunaan dolar AS sebagai mata uang internasional utama sebagai langkah keamanan finansial yang mendasar.

Koresponden Press TV mengindikasikan bahwa subisidi AS kepada mesin perang Israel dan pajak dolar AS secara langsung bertanggung jawab terhadap pembunuhan anak-anak di Gaza; Keiser menjawab bahwa karena sifat globalisasi, bukan saja uang dari pajak AS yang digunakan tapi juga pajak negara mana pun yang terikat dalam sistem perbankan global.

Ia berkata bahwa semua negara menanggung tanggung jawab dalam tingkat tertentu atas pembantaian yang sedang berlangsung di Gaza, walaupun bila alasannya hanya karena terikat ke dalam sistem ekonomi dunia.

Keiser menyarankan bahwa dunia harus mengadaptasi sistem perbankan baru yang tidak didasarkan pada mata uang yang secara massif nilainya dipalsukan, seperti halnya dolar AS.

Apakah Marhaenisme itu?

Apakah Marhaenisme itu?

OLEH SOEKARNO

Yohanes Reinnamah

Sebagian orang mengira bahwa kaum Marhaen ialah kaum proletar. Itu tidak benar. Sebab, apakah yang dinamakan “proletar” itu? Di dalam kamus Politik F.R. (Fikiran Ra'jat-ed) nomor percontohan istilah ini telah kita jelaskan dengan singkat. Proletar ialah orang yang dengan menjual tenaganya “membuat” sesuatu “barang” untuk orang lain (majikannya), sedang ia tidak ikut memiliki alat-alat pembuatan “barang” itu. Ia tidak ikut memiliki produktie-middlen. Seorang letterzetter adalah seorang proletar, karena ia menjual tenaganya, sedang letter-letter yang ia zet itu bukan miliknya. Seorang masinis adalah seorang proletar, karena ia menjual tenaganya, sedang lokomotif yang ia jalankan bukan miliknya. Seorang insinyur yang masuk kerja pada orang lain adalah juga seorang proletar, karena ia menjual tenaganya, sedang kantor atau besi-besi atau semen yang ia usahakan itu bukan miliknya. Insinyur ini biasanya disebutkan “proletar intelektual”.

Dus terang sekali, bahwa istilah proletar itu—buat gampangnya uraian kita—berarti “kaum buruh”. Di Eropa sudah selayaknya ada proletarisme, itu faham yang memihak kaum proletar. Sebab di semua kota-kota ada banyak perusahaan-perusahaan dan pabrik-pabrik, yang beribu-ribu kaum buruhnya. Kota-kota itu penuh dengan puluhan, ratusan kaum proletar. Juga di luar kota-kota di Eropa banyak kaum proletar. Di bidang pertanian di Eopa sudah sejak lama timbul landbouw-kapitalisme, yakni kapitalisme pertanian. Banyak sekali “kaum buruh tani” yang bekerja pada kapitalisme pertanian itu.

Bagaimanakah keadaan di sini. Di kota-kota sudah banyak kaum proletar. Di lapangan pertanian sudah ada kaum proletar, misalnya yang bekerja pada pabrik gula, pabrik teh, atau pada beberapa bangsa sendiri yang menjadi tani-besar. Tetapi jutaan kaum tani, walaupun kemelaratannya melewati batas, bukan kaum proletar, yakni bercocoktanam sendiri. Memang faham proletar, sebagaimana dijelaskan dalam kamus Politik nomor percontohan, tidak tergantung pada kemelaratannya atau kemampuan. Jutaan kaum tani masih “merdeka”. Mereka bukan kaum buruh, karena memang tidak berburuh pada siapa pun.

Sehingga, jika kita memakai faham proletarisme, faham itu tidak mengenai semua kaum yang tertindas. Karena itu kita membuat istilah baru: istilah Marhaen. Marhaen adalah istilah politik. Ia meliputi semua kaum yang melarat di Indonesia: baik yang proletar maupun yang bukan proletar, yakni yang buruh maupun yang bukan buruh. Kaum tani melarat yang masih “merdeka” itu, juga termasuk dalam istilah ini.

Sekarang, apakah arti istilah Marhaenisme? Marhaenisme berarti: faham nasionalisme Indonesia yang memihak kepada Marhaen. Siapa saja nasionalis Indonesia yang berpihak pada Marhaen, adalah seorang Marhaenis. Baik orang Marhaen sendiri maupun intelektual, yang memihak pada Marhaen adalah Marhaenis. Misalnya kaum Marhaen yang masuk Sarekat Hedjo, yang oleh karenanya memihak pada kaum sana (penjajah Belanda-ed), adalah bukan Marhaenis. Kewajiban kita membuat mereka menjadi kaum Marhaenis.

Yang menjadi cap Marhaenis ialah fahamnya, sikap pendiriannya, asasnya. Bukan harus sengaja memakai pakaian yang koyak-koyak jika bisa memakai pakaian yang pantas, atau sengaja memakai sepatu yang jebol jika memiliki sepatu yang baru, atau sengaja memakan daun pisang jika memiliki pisang—tetapi fahamnya, sikap pendiriannya, asasnya yang menjadi ukuran. Sebab, sekali lagi: pakaian yang koyak-koyak belum tentu menutupi jiwa yang Marhaenis. Lid Sarekat Hedjo pun banyak yang pakaiannya koyak-koyak.

Sekarang faham dan asas Marhaenisme itu makin menjalar: matahari Marhaenisme makin menyingsing.

Asas dan Taktik Yohanes Reinnamah

Asas dan Taktik
Oleh Soekarno

Yohanes Reinnamah

Bagi orang yang duduk di dalam pergerakan politik perkataan-perkataan Asas dan Taktik itu tentulah bukan perkataan-perkataan yang asing lagi. Tetapi walaupun kedua perkataan ini udah dikenali oleh dunia politik, dan walaupun tia-tiap orang yang berpartai sudah tahu tentang kedua perkataan itu, kita di sini aka mengupas juga arti dari kedua perkataan ini di dalam makna yang seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya. Oleh karena tujuannya Fikiran-Ra’jat itu ialah pertama-tama dan terutama sekali akan memberi penerangan keada Bung Marhaenis dan Pak Kromo Dongso yang beratus-ratus tahun dikekang dalam kebodohan itu, kita di sini merasa berkewajiban memberi penerangan politik kepada kelas Marhaen alias Kromo ini. Sebagaimana saudara-saudara tentu telah membaca di dalam Fikiran-Ra’jat nomor percontohan di dalam karangan yang berkepala “Wanhoopsteori”, maka rakyat jelata ialah kaum Marhaen itu harus dididik dengan surat-surat kabar, brosur, kursus dan lain-lain, agar kelas Kromo ini menjadi sadar tentang kedudukannya di dalam pergaulan hidup manusia ini.

Bermula kita tanya, apakah artinya asas itu? Asas itu ialah sendi atau dasar. Saudara tentulah sudah dengar bahwa partai itu asasnya begitu. Kita tadi bilang bahwa asas itu dasar. Apakah partai itu ada dasarnya? Memang ada. Sebab di dalam hakikatnya partai itu ialah tidak beda dengan perumahan—organisasi—yang memberi perlindungan kepada mereka yang duduk di dalam perumahan itu. Gampangannya saja kita gambarkan sesuatu partai itu sama dengan rumah besar yang melindungi beribu-ribu ya berjuta-juta anggotanya. Rumah itu tentu harus sentausa. Terutama sekali dasarnya atau pondamennya harus kuat. Sebab rumah yang pondamennya tidak tetap tentulah akan ambruk. Rumah yang begitu itu tidak geschikt (cukup) bagi perlindungan anggotanya. Maka dari itu dasarnya itu harus dari beton yang sentausa sekali agar yang tinggal di rumah itu jangan sanantiaa mempunyai hati was-was. Tetapi yang tinggal harus mempunyai hati yang tetap, bahwa itu penting sekali bagi tiap-tiap partai; terutama partai yang menamakan dirinya sendiri partai rakyat jelata tentu harus mempunyai dasar yang sentausa agar rakyat itu selamat bernaung.

Dus tiap-tiap partai politik itu mempunyai dasar yang umumnya dinamakan asas. Apakah tiap-tiap perhimpunan juga mempunyai asas. Tidak semua perhimpunan mempunyai asas. Perhimpunan agama dan juga lain-lain perhimpunan yang mengejar maksud yang luhur dan suci juga mempunyai. Tetapi yang kita perbincangkan di sini itu ialah hanya partai politik. Jadi bedanya perhimpunan biasa dengan partai politik ialah bahwa yang satu tidak berasas tetapi yang lain mempunyai asas. Bukan itu saja perbedaan antara kedua macam poerhimpunan. Masih banyak lagi perbedaan antara kedua rupa organisasi. Tetapi oleh karena kita di sini tidak akan menulis tentang perbedaannya partai politik dan perhimpunan biasa, maka kita tidak akan sebutkan semua perbedaan-perbedaan. Cukuplah kiranya kita terangkan di sini bahwa tiap-tiap partai politik harus mempunyai dasar yang kuat, oleh karena tiap-tiap partai ingin asasnya diterima oleh rakyat untuk dijadikan sendinya pemerintahan yang nanti mengatur masyarakat.

Sebagaimana kita terangkan di atas, maka tiap-tiap partai politik mempunyai asas sendiri-sendiri, oleh karena kebutuhannya dan kehendaknya golongan-golongan yang diikat didalam partai-partai itu tidak sama. Sebab pergaulan hidup itu mempunyai beberapa lapisan, maka tiap-tiap partai politik dari golongan-golongan atau lapisan itu harus mempunyai dasar dan asas yang sesuai dengan kebutuhannya dan kepentingannya golongan-golongan atau lapisan itu.

Bagi Indonesia di mana rakyatnya sebagian besar terdiri dari kaum Marhaen, maka partai Rakyat jelata harus bersifat Marhaenis. Partai rakyat jelata yang tidak berasas Maehaenis itu bukan partai rakyat sejati.

Tentulah saudara mengerti bahwa asas itu harus dikerjakan supaya partai itu bisa memberi hasil. Oleh karena itu maka tiap-tiap partai mempunyai daftar usaha—workprogram—di samping asas. Tiap-tiap tahun workprogram ini ditetapkan di dalam kongres partai, pekerjaan apakah yang akan dikerjakan oleh partai bagi tahun yang akan datang itu. Untuk mengerjakan program itu maka pemimpin partai tadi harus menggunakan taktik. Bestuur harus memilih pasal-pasal mana dari daftar usaha itu harus dikerjakan lebih dulu. Bestuur harus bisa menimbang-nimbang jalan manakah yang mereka harus ambil agar pekerjaan itu dapat hasil sebanyak-banyaknya. Pendek kata badan pimpinan harus memilih jalan yang selamat bagi partainya itu.

Oleh karena asas tadi itu adalah jadi dasarnya partai, maka segala taktiknya bestuur harus sesuai dengan asas tadi itu. Terutama taktik itu harus memberi untuk direct atau indirect bagi partai. (Direct artinya langsung. Indirect artinya tidak langsung).

Jadi taktik itu ialah hanya suatu alat yang digunakan untuk kepentingan partai. Tetapi makna taktik itu adalah lebih luas daripada itu. Seringkali taktik itu kalau dilihat dengan sekilas saja seolah-olah bertentangan dengan asas. Tidak jarang pemimpin dipersalahkan oleh karena “terlampau menjalankan taktik”, atau “menjalankan taktik yang menyalahi asas partainya”, oleh karena dunia ramai tidak mengerti apakah yang dimaksudkan oleh pemimpin partai itu. Betul, bahwa asas dan taktik itu harus berjalan bersama-sama jangan sampai bertentangan satu sama lain, tetapi di dalam perjuangan itu kadang-kadang suatu ketika di mana pemimpin itu terpaksa harus menjalankan taktik yang sukar dimengerti oleh anggotanya hingga mereka anggap dengan pikiran yang cetek saja, bahwa pemimpinnya itu menjalankan pekerjaan yang bertentangan dengan asas. Dengan contoh-contoh kita akan buktikan dengan bukti-bukti di dalam riwayat, bagaimanakah beratnya bagi pemimpin itu untuk menjalankan suatu taktik yang ia harus jalankan, tetapi yang sukar dimengerti oleh anggota-anggotanya. Terutama di dalam suatu partai radikal tiap-tiap waktu pemimpin itu berhadapan dengan soal-soal yang harus diselesaikan dengan taktik. Di dalam partai radikal maka taktik ini mempuyai arti besar sekali. Misalnya pergerakan politik berkata ada strategi dan taktik dari partai rakyat. Mengapakah kita pakai perkataan strategi dan taktik itu? Ialah karena sesuatu partai politik itu didalam hakikatnya tidak beda dengan bala tentara, sedang pemimpin-pemimpinnya itu ialah sebagai jenderal-jenderalnya barisan itu. Di dalam peperangan maka jenderal itu memberi perintah, bahwa barisan harus berjalan begini dan begitu. Kalau musuh datang, barisannya harus berbuat begini. Jika melabrak musuh, serdadu-serdadunya harus mengadakan sikap begitu, agar bisa mendapat kemenangan. Pendek kata perintah itu tidak selamanya sama. Pada suatu waktu perintah itu harus begini, tetapi buat yang lain saat perintah itu harus begitu. Perintah itu menurut keadaannya perjuangan. Inilah yang kita artikan dengan balatentara yang senantiasa ada di dalam perjuangan yang hebat sekali, maka pemimpin itu harus mengenal saat dan keadaan di mana partainya berbeda. Sering sekali taktik sekarang tidak boleh dipakai untuk besok. Oleh karena keadaannya partai itu selalu berubah, maka sudah tentulah bahwa taktik partai itu juga berubah.

Kita mulai ambil contoh dari riwayatnya pergerakan di Rusia. Sejak lahirnya revolusi di negeri Rusia ini, maka pemerintah Soviet Rusia sudah menjalankan beberapa taktik. Mula-mula Lenin dan Trotsky mempropagandakan “oorlogis-komunisme” (komunisme peperangan) untuk membasmi kapitalisme di negeri Rusia sendiri dan untuk menentang musuh-musuh dari luar negeri. Lenin dan Trotsky mengambil taktik demikian oleh karena mereka berpendapat bahwa kapitalisme internasional itu dapat dijatuhkan, jika pergerakan kaum butuh di negeri-negeri kapitalis mengadakan revolusi sebagaimana di negeri Rusia. Tetapi pendapat Lenin dan Trotsky itu ternyata salah, oleh karena pergerakan kaum buruh di Eropa Barat itu tidak sama dengan pergerakan proletar di negeri Rusia. Melihat susunan masyarakat Rusia yang mengkhawatirkan sekali, oleh karena perekonomian Rakyat tidak berjalan sama sekali, sehingga bahaya kelaparan mengamuk, maka Lenin takut kalau Rakyat akan mengadakan perlawanan terhadap pemerintah Soviet. Oleh karena itu maka Lenin mengeluarkan taktik baru, yakni “Nieuwe Ekonomische Politiek”—NEP—untuk melepaskan Rakyat Rusia dari bahaya kelaparan.NEP itu memberi sedikit jalan kepada kaum pemodal untuk usaha lagi di negeri Rusia.

Teman-temannya Lenin dan Trotsky yang tidak begitu tinggi teorinya seperti Lenin lantas tidak mufakat dengan taktik baru itu. Sebab NEP ini memberi kelonggaran kepada kaum kapitalis untuk menghidupkan kembali perusahaannya itu yang sudah dibasmi oleh peraturan-peraturan pemerintah. Mereka lantas menuduh Lenin sudah berganti haluan jadi seorang kapitalis. Tetapi walaupun Lenin sendiri dapat serangan dari kanan kiri terutama dari teman-temannya sendiri yang sefaham, ia terus jalankan taktiknya itu, oleh karena ia sendiri yakin bahwa stelsel komunisme di Rusia itu belum dapat dijalankan seratus persen. Siapakah yang betul? Dan apakah hasil NEP ini? Bahaya kelaparan yang akan membinasakan rakyat Rusia ini dapat ditolak. Perekonomiannya rakyat mulai hidup lagi.

Sekarang pemimpin-pemimpin Rusia berpendapat bahwa negeri dan rakyat Rusia bisa selekas-lekasnya dibuat sosialis asal saja cukup alat-alatnya untuk mengadakan perubahan itu. Keyakinan mereka ini mengubah lagi taktik Lenin, dan sekarang di Rusia dijalankan politik rencana lima tahun.

Sekarang palingkan muka kita ke Tiongkok. Pergerakannya Dr. Sun Yat Sen juga memberi contoh-contoh tentang kepentingan taktik itu bagi pergerakan rakyat. Semboyan yang dia ajarkan di dalam buku San Min Cu I ialah bahwa “Berkata itu gampang. Bekerja itu sulit. Tetapi mengerti itulah yang paling susah” adalah ajaran yang mengandung arti yang dalam sekali. Ajaran ini memperingatkan bahwa taktik itu memang penting sekali.

Pembaca ingat bahwa di tahun 1912 Dr. Sun Yat Sen sebagai taktik meletakkan jabatannya dari presiden republik Tiongkok, diberikannya pada Yan Shih Kai. (Taktik ini kemudian ternyata salah-wissel). Kemudian lagi, mengetahui bahwa kaum Utara (lihatlah Fikiran Ra'jat nomor percontohan) sebetulnya tidak jujur, maka Dr. Sun Yat Sen yakin bahwa dengan jatuhnya kerajaan Manchu dan dengan berdirinya republik Tiongkok saja pergerakan di dalam masyarakat Tiongkok itu sebetulnya belum habis. Ia yakin seyakin-yakinnya bahwa selama di Tiongkok belum bisa memimpin negerinya sendiri. Oleh karena itu Dr. Sun Yat Sen sebagai taktik mengundurkan diri dari pemerintahan dan lantas pergi ke Kanton. Di sini ia (walaupun asasnya ialah persatuan bangsa) mendirikan pemerintahan sendiri yang cocok dengan angan-angannya dan lantas memberi pendidikan kepada Rakyat. Dari Kanton Dr. Sun Yat Sen melabrak musuh dan penghianat-penghianat Rakyat.

Juga pergerakannya Gandhi penuh dengan taktik dan strategi. Pergerakannya mengadakan pemboikotan barang Inggris, mengadakan Satiagraha dan lain-lainnya itu adalah alat-alat untuk mencapai Swaraj di India. Taktiknya sering membuat orang tercengang. Taktiknya tatkala ia bergerak di Afrika-Selatan, yaitu taktik sengaja mencari penjara dengan beribu kawannya adalah mengherankan dunia. Adalah taktik yang sangat “taktik” juga waktu Gandhi terima permintaan Inggris untuk menghadiri Konferensi “Meja Bundar” di kota London itu. Padahal taktik ini lahirnya semata-mata berupa menyalahi asas non-cooperation!

Dengan contoh-contoh di atas itu kita mengemukakan bagaimanakah besar maknanya taktik itu bagi pergerakan rakyat.

Kita ulangi lagi bahwa asas dan taktik itulah kedua syarat yang terpenting bagi organisasi massa. Politik itu perhitungan. Kita di sini luaskan lagi arti politik itu ialah: Politik itu perhitungan dan karakter (watak). Hanyalah pemimin-pemimpin yang mempunyai karakter yang jujur dan keberanian terbawa keyakinan yang teguh bisa mendatangkan keselamatan kepada rakyatnya yang dipimpin. Bukan pemimpin yang senantiasa ketakutan hilang pengaruhnya atas rakyat kalau menjalankan taktik yang “berani”, bukan pemimpin yang hanya senang disoraki Rakyat oleh karena pengecut tidak berani bertanggungjawab bisa menyelamatkan Rakyat, tetapi hanyalah pemimpin yang mempunyai “Karakter” bisa dipakai untuk pergerakan Rakyat. Pemimpin yang dengan karakter bisa menggabungkan asas dan taktik.