Senin, 03 Mei 2010

ANALISA PERTUMBUHAN MANGROVE (Rhizophora apiculata sp) DENGAN MENGGUNAKAN METODE GUBUK BAMBU DI PANTAI OESAPA KECAMATAN KELAPA LIMA KOTA KUPANG oleh

ANALISA PERTUMBUHAN MANGROVE (Rhizophora apiculata sp) DENGAN MENGGUNAKAN METODE BUIS BAMBU DI PANTAI OESAPA KECAMATAN KELAPA LIMA KOTA KUPANG

oleh yohanes reinnamah

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat besar, baik hayati maupun nonhayati. Pesisir merupakan wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini dipengaruhi oleh proses-proses yang ada di darat maupun yang ada di laut. Wilayah demikian disebut sebagai ekoton, yaitu daerah transisi yang sangat tajam antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1983 dalam Suryanegara, 2004).

Wilayah pesisir tersebut merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat dan laut, ke arah darat meliputi bagian tanah baik yang kering maupun yang terendam air laut, dan masih dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik laut seperti pasang surut, ombak dan gelombang serta perembesan air laut, sedangkan ke arah laut mencakup bagian perairan laut yang dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar dari sungai maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan, pembuangan limbah, perluasan permukiman serta intensifikasi pertanian (Supriharyono, 2000)

Ekosistem hutan mangrove memiliki fungsi ekologis, ekonomis, dan social yang penting dalam pembangunan, khususnya di wilayah pesisir. Meskipun demikian, kondisi hutan mangrove di Indonesia terus mengalami kerusakan dan pengurangan luas dengan kecepatan kerusakan mencapai 530.000 ha/tahun. Sementara laju penambahan luas areal rehabilitasi mangrove yang dapat terealisasi masih jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju kerusakannya, yaitu hanya sekitar 1.973 ha/tahun. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk memulihkan kembali hutan mangrove yang rusak agar dapat kembali memberikan fungsinya bagi kesejahteraan manusia dan mendukung pembangunan wilayah pesisir. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang arti penting keberadaan mangrove dalam mendukung kehidupan perekonomian masyarakat pesisir perlu terus digalakan, sehingga upaya rehabilitasi dan upaya pengelolaan mangrove dapat menjadi kunci keberhasilan pelestarian mangrove (Santoso, 2000)

Alih fungsi mangrove maka akan merusak siklus rantai makanan bagi seluruh biota ekosositem mangrove yang juga berkaitan dengan biota yang di depannya yakni padang lamun dan terumbu karang, karena anda interaksi yang sangat kuat dari ketiga ekosistem tersebut (Arief, 2009). Apabila fungsi-fungsi hutan mangrove akibat alih fungsi maka otomatis akan akan mengganggu bahkan merusak kedua ekosisitem lainnya. Contoh sebagai akibat detritus tidak tersuplai maka persediaan sumber makanan bagi biota. Ketiga ekosisitem tersebut mempunyai keterkaitan ekologis (hubungan fungsional), bak dalam nutrisi terlarut, partikel organic, maupun migrasi satwa Oleh karena itu apabila salah satu ekosistem itu terganggu, maka ekosistem lain ikut terganggu pula keseimbangannya (Indriyanto, 2006). Untuk perlu kita diperatahankan agar tercupta sebentuk sinergi keseimbangan lingkungan , sehingga pelayanan jasa dan produksi yang diberikan dapat dipergunakan secara berkelanjutan. Menurut Bengen (2004) dalam Santoso, 2004), bahwa dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan di pesisir bagi berbagai peruntukan (pemukiman, perikanan, pelabuhan, dll), tekanan ekologis terhadap ekosistem pesisir, khususnya ekosistem hutan mangrove, semakin meningkat pula. Supriharyono. (2000)

Meningkatnya tekanan ini tentunya berdampak terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove itu sendiri baik secara langsung (misalnya kegiatan penebangan atau konversi lahan) maupun tak langsung (misalnya pencemaran oleh limbah berbagai kegiatan pembangunan ). Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai ANALISA PERTUMBUHAN MANGROVE (Rhizophora apiculata Sp) DENGAN MENGGUNAKAN METODE BUIS BAMBU DI PANTAI OESAPA KECAMATAN KELAPA LIMA KOTA KUPANG” yang merupakan salah satu upaya reboisasi untuk mengembalikan fungsi hutan mnagrove secara alami sehingga dapat berfungsi secara ekologis, sosial, ekonomi dan ilmiah.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun bentuk permasalahan yang diambil untuk menjadi bahan kajian sebagai salahsatu dasar permasalahan utama pada pertumbuhan mangrove adalah:

1. Bagaimana tingkat pertumbuhan mangrove dengan menggunakan metode buis bambu.

2. Bagaimana kondisi ekologis yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan mangrove dengan menggunakan metode buis bambu.

3. Faktor-faktor ekologi yang terdapat di area penelitian yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove.

1.3. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui laju tingkat pertumbuhan mangrove (Rhizophora apiculata sp) yang di tanam di pesisir pantai Oesapa dengan menggunakan metode gubuk bambu.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor ekologi yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan mangrove.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hutan Mangrove Dan Ekosistem Mangrove

2.2. Pengertian Ekologi Mangrove

2.3. Daya Adaptasi Mangrove Terhadap Lingkungan

2.4. Zonasi Hutan Mangrove


BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan berlangsung pada bulan november tahun 2009 di pesisir pantai oesapa kecamatan kelapa lima kota kupang

3.2. Materi Penelitian

Materi penelitian meliputi alat dan bahan yang digunakan pada penelitian lapangan (Mangrove) jenis Rhizophora apiculata sp antara lain:

Tabel 1. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan Bahan

Satuan

Kegunaan

Alat :

Tali rafia

Meter roll

Salino meter

Thermometer

Buku

Pena

Kamera

Bahan :

Mangrove

M

M

Oc

-

-

-

Anakan

Untuk Membuat Kapling

Menentukan Sampling

Untuk Mengukur Salinitas

Untuk Mengukur Suhu Tanaman

Wadah Untuk Menulis

Alat Untuk Menulis Data

Alat untuk melakukan dokumentasi

Sampel Penelitian

3.3. Pengumpulan Data

Adapun data yang diambil dilakukan dengan metode survey dengan cara langsung turun ke lokasi penelitian, sehingga penulis langsung berhadapan dalam arti melihat langsung tingkat pertumbuhan mangrove tersebut dengan menggunakan metode gubuk bambu. Prosedur kerja yang akan dilakukan antara lain:

1. Melakukan sampling terlebih dahulu pada area mangrove yang telah ditentukan

2. Melakukan pengukuran tinggi pada anakan mangrove

3. Pengukuran diameter pohon dan jumlah daun

4. Melakukan analisa terhadap faktor-faktor ekologi yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan mangrove.

3.4. Analisa Data

Data yang akan di analisa di lakukan dengan menggunakan rumus pertumbuhan menurut Fauziah (2004) sebagai berikut:

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 2009, Hutan Hakekat dan Pengeruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia Jakarta.

Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Santoso. N. H. W. Arifin. 2004. Rehabilitasi Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau Di Indonesia. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove (LPP Mangrove). Jakarta, Indonesia.

Santoso. N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah Disampaikan Pada Lokakarya Nasional Pengembangan System Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta, Indonesia.

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam Diwilayah Pesisir Tropis. PT Garamedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.

Soerianegara. i. dan Indrawan. A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institute Pertanian Bogor.

Fauziah. Y. Nursal dan Supriyanti. 2004. Struktur dan Penyebaran Vegetasi strata Sampling di Kawasan Hutan Mangrove Pulau Bengkalis Propinsi Riau.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar