Kamis, 06 Mei 2010

Yohanes reinnamah Teori Konspirasi Bom Marriot 2

Yohanes reinnamah

Teori Konspirasi Bom Marriot 2

Hotel J.W Marriot adalah hotel yang penjagaan keamanannya sangat ketat karena sudah pernah dibom sebelumnya. Perlu strategi dan perencanaan yang sangat matang untuk meledakan bom kembali disana.

Noordin M Top adalah teroris yang diduga menjadi dalang dari pemboman ini oleh beberapa pengamat seperti Sidney Jones. Opini Sidney Jones ini akan menggiring spekulasi kearah dalangnya adalah M Top semata dan tidak terkait jaringan sebelumnya yaitu JI.

Pelaku teknis bom bunuh diri dilapangan memiliki ciri yang sama dengan jaringan M Top. Tapi apakah ini murni design dari M Top sendiri? Dengan melihat bagaimana kondisi jaringan M Top sekarang yang sudah tidak seperti dulu lagi ketika Dr Azhari dan Imam Samudra masih hidup, saya meragukan mereka sendiri bisa melakukan semua ini.

Faktor faktor seperti tingkat kesulitan yang tinggi untuk melakukan pemboman kembali di Marriot, kondisi jaringan M Top yang sudah tidak seperti dulu lagi, kondisi politik di Timur Tengah yang tidak sedang memanas, membuat saya pribadi menganalisa bahwa pelakunya tidak dalam format seperti yang dituduhkan oleh Sidney Jones.

Yang menjadi pertanyaannya apa! Melihat timing dari pemboman ini patut dapat diduga motifnya adalah politik. Cuma saja mesti hati hati untuk tidak terplot oleh pidato SBY beberapa jam setelah bom.

Banyak pihak yang sangat berkepentingan dengan siapa yang akan jadi Presiden RI nanti. Lawan politik SBY tentu saja berkepentingan tapi apakah mereka pelaku pemboman? Sebagian orang melihat SBY melalui pidatonya seperti ingin menyiratkan kearah situ.

Siapa Presiden RI dikemudian hari akan menentukan nasib kepentingan kepentingan banyak pihak di Indonesia. Indonesia adalah negara yang strategis tidak saja dalam kawasan Asia tapi juga dunia.

Sejak kampanye pilpres isu kepentingan-kepentingan ini sudah terkuak. Mulai dari isu neoliberal yang didaulat sebagai wakil kepentingan asing di Indonesia. Tidak berlebihan juga kalau saya katakan asing sangatlah ingin presiden terpilih nanti dapat mengakomodasi kepentingan mereka untuk tambah menindas dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Entah kepentingan ekonomi maupun politik atau kepentingan dari tangan ke saku.

Konstalasi kekuatan capres terbagi dua: SBY-Boediono lawan Mega-Prabowo dan JK-Wiranto. Jika SBY mengusung visi yang lebih pro investasi asing maka lawan politiknya pasti akan sebaliknya. Para investor asing tentu tak mau bukan SBY yang terpilih. Tapi mereka tidak mau ikut campur urusan politik dalam negeri seperti mencurangi pilpres misalnya. Mereka juga mau melihat Indonesia menjadi negara yang demokratis.

Melihat perkembangan perhitungan suara yang mengarah kepada kemenangan SBY maka mereka bisa berbesar hati. Tapi surut lagi setelah melihat gelagat bahwa hasil pilpres ini bisa di gugat melalu MK jika cukup bukti bahwa pilpres tidak beres. Bukti yang paling krusial untuk dapat menggugat pilpres adalah DPT yang kacau balau. Jika bukti bukti itu dapat meyakinkan MK maka pilpres dapat diangap tidak sah dan harus diulang. Kacau balau kalau begini.

Melakukan intervensi seperti di Irak/Iran akan merusak Indonesia sebagai negara yang sudah mengarah ke demokrasi. Usaha yang dilakukan oleh Mega-Prabowo untuk menggugat pilpres melalui MK sangat mengkhawatirkan pihak yang ingin melihat SBY-Boediono segera dilantik.

Melihat bagaimana kondisi sosial-politik di Indonesia dimana keadaan keamanan yang pernah cacat oleh peristiwa pemboman teroris sangat mungkin dilakukan pengalihan perhatian melalui operasi intelijen dengan modus terorisme.

Operasi intelijen dengan modus terorisme ini akan memberikan dampak politik yang sempurna antara lain:

  • Tidak memiliki dampak merusak sendi sendi demokrasi Indonesia secara langsung karena masyarakat percaya yang salah adalah teroris.
  • Proses gugatan pilpres ke MK oleh Mega-Prabowo menjadi terganggu karena Prabowo memiliki profil masa lalu yang dapat di mis-identifikasi sebagai pelaku pemboman.

Seperti layaknya operasi intelijen, pelaku selalu dari komunitas lokal yang gampang diperalat. Golongan garis keras yang fanatik sangat mudah diperalat untuk kepentingan ini. MOSAD melakukannya di Palestina terhadap HAMAS yang dikemudian hari berbalik merepotkan mereka. CIA melakukannya di Afganistan melalui Osama bin Laden untuk memerangi Rusia yang dikemudian hari juga berbalik menghantam Amerika.

Sementara itu para pengamat Barat akan terus memberikan pencitraan dimedia bahwa ini murni terorisme dengan kondisi yang sangat spesifik dan cenderung dipaksakan. Ditambah lagi CIA sekarang sedang membentuk sebuah komisi yang akan membantu mengungkap siapa pelaku peledakan bom aneh kali ini.

Bisa ditebak hasilnya siapa…!

Ini juga bisa menjadi bukti kenapa M Top tidak tertangkap. Karena dibutuhkan sosok seperti M Top pada situasi yang seperti ini. Konsep jangan dilumpuhkan dan cukup dilemahkan saja sudah teruji sejak jaman VOC dimana oara Ketju merajalela di kerajaan Mataram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar