Sabtu, 08 Mei 2010

MAKALAH Pengaruh sedimentasi terhadap tingkat kelulushidupan vegetasi yang terdapat di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Oesapa Kecil. OLEH YOHANES

MAKALAH

Pengaruh sedimentasi terhadap tingkat kelulushidupan vegetasi yang terdapat di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Oesapa Kecil.

OLEH YOHANES REINNAMAH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sediment biasanya akrap dengan “Erosi” sehingga mempunyai pengertian proses erosi baik berupa erosi permukaan, erosi parit, dan erosi lainnya yang mengendap di bagian bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai dan waduk. Sehingga hasil dari sediment berupa jumlah partikel tersuspensi terlarut yang berasal dari erosi, dan terjadi di daerah tangkapan atau genangan air.

Pada umumnya laju sedimentasi yang berasal dari hulu, apabila tidak tertahan maka akan sangat mempengaruhi tingkat kelulushidupan vegetasi, karena partikel yang di bawa oleh arus akan menutup akar vegetas dan secara langsung ataupun tidak lagsung akan mematikan sejumlah organisme yang menghuni area tersebut. Sehingga banyak spesies khas daerah yang hilang dan bahkan terputus satu mata rantai produsen primer apabila vegetasi tidak dilindungi dengan baik.

Hasil dari pecahan yang berasal dari tanah, batu dan tumbuhan yang berada di sekitar daerah aliran sungai(DAS) yang sempat dibawa oleh air secara perlahan-lahan akan mengalami penumpukan di daerah tangkapan sungai. Ini secara perlahan-lahan akan menumpuk menjadi satu timbunan partikel yang lama-kelamaan akan menumpuk sehingga tidak memberikan ruang gerak kepada vegetasi dan organismeuntuk berkembang. Biasanya daerah pertemuan antra air yang berasal dari daratan dengan air yang berasal dari lautan (estuari) memiliki keanekaragaman species yang tinggi serta terkenal dengan daerah yang kaya dengan sumber makanan. Sehingga banyak organisme yang menjadikan daerah ini sebagai tempat untuk mencari makan, memijah dan berlindung atau menghabiskan hidupnya pada daerah ini.

Perencanaan dan pengembangan daerah aliran sungai di oesapa kecil (pohon duri) merupakan kegiatan strategis karena letak oesapa yang merupakan salah satu tempat dengan tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Daerah oesapa dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan dan sampai saat kegiatan-kegiatan yang di lakukan antara lain indutri, pertanian, perikanan dan kehutanan. Dari sisi potensi daerah yang ada dari athu ke tahun terus mengalami perkembangan kea rah kota yang berbasis “coastal dan marine” yang akan menjadi salahsatu tulang punggung (leading sector) perekonomian daerah dimasa yang akan datang. Dengan melihat pada tekanan jumlah penduduk yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun maka memperbesar peluang untuk membuka lahan di sekitar daerah aliran sungai dan daerah pesisir apalagi tidak di tunjang dengan sumberdaya manusia yang memadai, sehingga perlu adanya estimasi terhadap aktivitas manusia yang mempengaruhi biota laut. Raharjo (2008)

Dengan melihat pada uraian diatas maka perlu adanya penelitian mengenai “Pengaruh Sedimentasi Terhadap Tingkat Kelulushidupan Vegetasi Yang Terdapat Di Sekitar Daerah Aliran Sungai (Das) Oesapa Kecil” Karena Secara Langsung Aktivitas Dari Hulu (Externalities) sangat mempengaruhi tingkat kelulushidupan organisme dan membuat aliran air menjadi dangkal sehingga terjadi perembesan di sekitar badan sungai.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

  • Untuk mengetahui seberapa besar sedimen yang terdapat di daerah aliran sungai oesapa kecil
  • Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sediment yang mempengaruhi tingkat kematian vegetasi dan organisme

1.3. Permasalahan

Dengan melihat pada uraian di atas maka yang menjadi permasalahan adalah bahwa, perlakuan terhadap lahan di wilayah daratan (externalities) berupa bawaan partikel daratan hasil lapukan yang berasal dari tumbuhan, batuan, dan hasil lapukan berbagai bahan dapat mempengaruhi kehidupan vegetasi dan organisme serta mampu membuat pendangkalan pada badan sungai yang akhirnya sangat berpengaruh terhadap biota yang ada di bagian hulu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses Terjadinya Erosi

Erosi adalah terangkatnya lapisan tanah atau sedimen yang di sebapkan oleh gerakan angin dan air pada permukaan tanah atau dasar perairan. Rudiono (2007)

Pada umumnya erosi dapat disebapkan oleh dua hal yakni secara alamiah dan juga disebapkan oleh aktivitas manusia. Erosi alamiah dapat terjadi karena prose pembentukan tanah dan proses erosi yang terjadi untuk mempertahankan keseimbangantanah secara alami. Erosi karena factor alamiah umumnya masih memberikan media yang memadai untuk berlangsungnya pertumbuhan antar tanaman. Sedangkan erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebapkan oleh terkelupasnya lapisan tanah bagian atas akibat cara bercocok tanam yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah konservasi tanah atau kegiatan pembangunan yang bersifat merusak keadaan fisik tanah. Proses erosi terdidi atas tiga bagian yang berurutan: pengelupasan (detachment) adalah peristiwa dimana badan tanah terkikis atau terkelupas yang diakibatkan oleh aktivitas manusia atau alam sehingga bagian tersebut terpisah dari keadaannya yang semula, pengangkutan (transportation) adalah suatu peristiwa dimana bahan yang telah terkelupas atau terpisah akibat manusia dan alam diangkut oleh air menuju ke daerah yang lebih rendah sesuai dengan sifat air, dan pengendapan (sedimentation) adalah terkumpulnya bahan bawaan air pada suatu area berupa estuary, waduk, kolam, bendungan maupun area lain yang mampu menahan bahan buangan sehingga membentuk suatu lapisan lunak (rawa) pada suatu area. Asdak(1995)

2.2. Dampak Pemanfaatan Lahan Terhadap Perairan

Ketika berlangsungnya pemanfaatan lahan, maka kondisi permukaan lahan dimana aktivitas pemanfaatan tersebut berlangsung akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut biasanya dalam bentuk terganggunya lapisan tanah bagian atas (top soils) oleh aktivitas alat-alat berat yang digunakan dalam pemanfaatan hutan sehingga terjadi kerusakan tanah yang diakibatkan oleh penebangan pohon-pohon yang berada pada daerah tersebut. Rhet A Butler (2005) dalam Rudiono (2007) mengemukakan bahwa akar-akar dari pepohonan dan vegetasi hutan membantu menahan tanah. Saat pepohonan di tebangi, taakan adalagi penahan-penahan apapun yang melindungi tananh dan tanahpun akan cepat terbawa hanyut oleh air hujan. Pada tanah hutan, unsure-unsur hara serta komponen organic lainnya berada pada lapisan tanah permukaan. Pelindian unsure-unsur tersebut oleh meningkatnya air larian pada lokasi pemanfaatan akan merubah (meningkatkan) konsentrsi unsure-unsur kimia terlarut di dalam perairan yang akan mengalirkan tangkapan air di atas perairan tersebut. Oleh adanya pemanfaatan hutan menyebapkan perubahan komposisi pohon dan juga pohon-pohon tidak berada pada tempatnya atau berkurang jumlahnya sehingga jumlah unsure hara yang dapat dimanfaatkan oleh kumpulan vegetasi tersebut juga menjadi berkurang. Sisa unsure-unsur hara yang tidak lagi dimanfaatkan oleh vegetasi ini akan menambah jumlah konsentrasi larutan unsure-unsur hara yang masuk ke perairan ketika terjadi aktivitas pemanfaatan sehingga menyebapkan kenaikan air larian dan erosi permukaan ditempat tersebut. Asdak (1995)

MSMAS (2009) menyatakan bahwa terjadinya perubahan pamanfaatan atau tutupan lahan pada daerah aliran sungai (DAS) akan meningkatkan pendangkalan pada jalur aliran sungai sedangkan untuk aktivitas industrialisme akan membuat daerah tersebut tercemar yang di tandai dengan penurunan kualitas perairan yang menyebapkan kepunahan organisme di sekitar daerah tersebut.

2.3. Sedimentasi

Sedimentasi adalah hasil dari proses erosi dari berbagai bentuk secara topogravi.hasil sediment (sediment yield) adalah besarnya sediment yang berasal dari erosi yang yang terjadi di daerah tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Sediment yang sering kita jumpai di dalam sungai, baik terlarut atau tidak terlarut, adalah merupakan produk dari pelapukan batuan induk yang dipengaruhi oleh factor lingkungan, terutama perubahaniklim. Hasil pelapukan batuan induk tersebut biasanya dikenal sebagai partikel tanah. Partikel-partikel tanah yang terkelupas dan terangkut ke tempat yang lebih rendah untuk kemudian masuk ke dalam sungai di kenal sebagai sediment. Oleh adanya transport sediment dari tempat yang tinggi ke tempat yang hilir maka dapat menyebapkan pendangkalan waduk, sungai, saluran irigasi, dan terbentuknya tanah-tanah baru disekitar prnggir-pinggir dan di delta-delta sungai. Asdak(1995)

2.4. Konsep Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) hanya akan tercapai apabila kebutuhan manusia dan kapasitas sumberdaya alam terbaharui, yang akan memenuhi kebutuhan manusia tersebut dapat seimbang seiring dengan berjalannya waktu. Dengan kata lain, pembangunan dikatakan terlanjut apabila pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam bagi kepentingan umat manusia pada saat sekarang ini masih menjamin kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam tersebut bagi anak cucu kita dimasa yang akan datang. Pengelolaan terhadap daerah aliran sungai (DAS) di harapkan dapat memberikan kerangka kerja ke arah tercapainya pembangunan yang berkelanjutan tersebut. Untuk dapat tercapainya pembangunan daerah aliran sungai (DAS) yang berkelanjutan maka kegiatan pembangunan ekonomi dan perlindungan lingkungan harus diselaraskan. Dalam hal ini diperlukan penyatuan kedua sisi pandang tersebut secara realistis melalui penyesuaian kegiatan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) dan konservasi daerah hulu ke dalam kenyataan-kenyataan ekonomi dan social. Inilah tantangan formulasi kebijakan yang harus di tuntaskan apabila tujuan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan ingin di wujudkan. Asdak(1995)

Terkait kebijakan, yang lahir masih bersifat sektoral dan insidentil. Padahal pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) harusnya dilakukan secara menyeluruh tanpa harus tersekat oleh batas administrasi mengingat bencana yang datang bukan terjadi secara sektoral tapi menyeluruh tanpa memandang batas politis secara administrative. Yusuf (2006)

2.5. Pengelolaan Vegetasi dan Aliran Air

Pada umumnya, persoalan sumberdaya air berkaitan dengan waktu dan penyebaran aliran air. Sehingga, pengelolaan vegetasi di daerah hulu dapat menurunkan aliran sediment yang masuk ke dalam perairan. Dengan demikian, mendukung kelangsungan pemanfaatan perairan yang berkelanjutan. Pengelolaan vegetasi, telah lama dipercaya dapat mempengaruhi waktu dan penyebaran aliran air. Beberapa pengelola DAS bahkan beranggapan bahwa hutan dapat dipandang sebagai pengatur aliran air (streamflow regulator), artinya bahwa hutan dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepaskannya pada musim kemarau.konsekuensi logis dari anggapan seperti itu adalah bahwa keberadaan hutan dapat menghidupkan mata-mata air yang telah lama tidak mengalirkan air, keberadaan hutan juga dapat mencegah terjadinya banjir dan kemudian menjadi kelihatan logis bahwa hilangnya areal hutan akan mengakibatkan terjadinya kekeringan dan bahkan akan dapat mengubah daerah yang sebelumnya tampak hijau dan subur menjadi daerah seperti padang pasir (desertification). Arsjad, (2000) dalam agung (2005) menyebutkan bahwa setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air, dan usaha untuk mengkonservasi tanah juga merupakan konservasi air dengan tujuannya adalam meminimumkan erosi pada suatu lahan yang dapat menyebapkan sedimentasi. Anggapan-anggapan seperti ini oleh banyak pakar hidrologi hutan dianggap lebih di dasarkan pada mitos dari pada kenyataan, bahkan di Negara yang sudah maju sekalipun. Namun demikian, harus diakui bahwa adanya anggapan tersebut telah mngilhami meluasnya gerakan konservasi air dan tanah di beberapa Negara maju seperti pada Amerika dan Eropa. Asdak(1995)

2.6. Kebijakan Pemerintah

Pemerintah indonesia dalam agenda pembangunan nasional 2004-2009 menyebutkan bahwa sumber daya alam di manfaatkan sebesar-besanya untuk kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi linkungan hidup. Dengan demikian, sumberdaya alam memiliki peran ganda, yaitu sebagai modal pertumbuhan ekonomi (resource based economy) dan sekaligus sebagai penopang kehidupan (life support system). Atas dasar fungsi ganda tersebut, sumberdaya alam senantiasa harus di kelola secara seimabang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan nasional. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) di seluruh sector dan dan wilayah menjadi prasyarat utama untuk di internalisasikan ke dalam kebijakan dan peraturan perundang-undangan, terutama dalam mendorong investasi pembangunan jangka menengah (2004-2009). Prinsip-prinsip tersebut saling sinergis dan melengkapi dengan pengembangan tata pemerintahan yang baik (good governance) yang mendasarkan pada asas partisispasi, transparansi, dan akuntabilitas yang mendorong upaya perbaikan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup khususnya daerah aliran sungai (DAS). Agung (2005)

Beberapa program seperti rehabilitasi yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi degradasi lingkungan daerah aliran sungai (DAS) seperti pendangkalan karena peningkatan sedimentasi pada sungai-sungai yang bermuara ke danau atau laut (perairan menggenang) masih kurang berjalan sesuai dengan yang di harapkan karena masih kurangnya pengawasan, pengendalian dan penegakan hukum yang dinilai masih rendah. Yusuf (2006)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Adapun waktu yang di perlukan untuk melakukan penelitian ini adalah bulan…..di daerah aliran sungai Oesapa kecil (pohon duri) sedangkan analisa datanya di laksanakan di laboratorium eksakta UKAW kupang.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:

NO

NAMA ALAT

KEGUNAAN

1

Botol

Tempat berkumpulnya sedimen

2

Papan

Menjaga keseimbangan antara bamboo, botol, dan sirip pengatur

3

Kayu atau bamboo

Menjadi tempat pegangan untuk menekan alat pengambil sediment(tongkat penduga)

4

Selang

Saluran udara dan juga jalur masuknya sediment pada botol

5

Tali raffia

Menentukan luas area penelitian

6

Oven

Untuk memanaskan bahan

7

Kain halus

Untuk menyaring sampel

8

Salino meter

Untuk ,emgukur salinitas

9

Thermometer

Untuk mengukur suhu perairan

10

Current meter

Untuk mengukur kecepatan arus

NO

NAMA BAHAN

KEGUNAAN

1

Sedimen

Sampel penelitian

2

Populasi oganisme

pembanding

3.3. Prosedur Kerja

1. alat sediment diikatkan pada tongkat penduga, kemudian dimasukan dalam aliran sungai, dan di tarik kembali ke atas dengan kecepatan gerak yang sama

2. pada saat bersamaan pengukuraan suhu, salinitas, kecepatan arus pun di ukur

3. di laboratorium, sample air terebut di saring dengan menggunakan saringan untuk memisahkan antara sample dan juga air

4. sample di timbang untuk mengetahui berat awal

5. sample yang masih basah tersebut di keringkan dengan menggunakan oven pada suhu 350c selama 1 jam

6. sample di angin-anginkan kemudian di timbang untuk mengetahui berat total dari sediment

3.4. Analisa Data

Data yang telah ada di analisa dengan menggunakan rumus matematika menurut asdak (1995) yakni:

QS = 0,0864 ҳ C ҳ Q

Keterangan rumus:

QS = Debit Sedimen (Ton/Hari)

C = Konsentrasi Sedimen

Q = Debit Sungai (M/Detik)

Daftar Pustaka

Agung, Valentine, Ivan. 2005. usaha Konservasi Untuk Pelestarian Sumberdaya Alam. IPB. http://www.walhi.Or.Id/kampanye/hutan/shk/060402-analisaptsnmk

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pngelolaan Daerah Aliran Sungai. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Msmas. 2009. Analisa Erosi dan Sedimentasi DAS Citarum Hulu. Bandung. Http://www.indonesiapower.co.id/indeks.php

Rudiono. 2007. erosi, dampaknya, dan upaya mengurangi erosi. Gadjah mada.

Yusuf, M. 2006. Pendangkalan Sungai Akibat Kritisnya DAS Batang Hari. Siaran Pers Warsi. Jambi. http://www. warsi.Or. Id/news/2006/news-200609-pendangkalan.htm

Pengaruh sedimentasi terhadap tingkat kelulushidupan vegetasi yang terdapat di sekitar daerah aliran sungai(DAS) Oesapa Kecil.

Oleh:

Nama : Yohanes Reinnamah

Nim : 3804009

Progdy : Perikanan/MSP

FAKULTAS PERIKANAN

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

KUPANG

2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar