makalah sedimentasi di daerah aliran sungai Oesapa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Daerah aliran sungai adalah keseluruhan daerah kuasa (regime) sungai yang menjadi alur pengatur (drainase) utama. Batas daerah aliran sungai (DAS) merupakan garis bayangan sepanjang punggung pegunungan atau tebing/bukit yang memisahkan system aliran yang satu dari yang lainnya. Pada kondisi dimana sumberdaya tidak mencukupi kebutuhan manusia, dalam melakukan pengelolaan terhadap DAS untuk mendapatkan manfaat sebaik-baiknya dari segi ukuran fisik, teknik, ekonomi, sosial budaya maupun kemantapan-kemantapan nasional, Sedangkan pada kondisi di mana sumberdaya DAS melimpah, maka pengelolaan di maksudkan untuk mencegah pemborosan. (Tarumingkeng, 2009)
Perairan umum daratan sekitar DAS dimanfaatkan untuk berbagai sektor pembangunan dengan berbagai tujuan dan kepentingan yang beragam. Dengan semakin pesat gerak maju pertumbuhan pembangunan terlihat semakin meningkat kebutuhan akan sumberdaya alam dan pada gilirannya akan semakin besar pula tekanan akibat dari pembangunan itu terhadap sumberdaya perairan. (Koentjaraningrat, 1984)
Pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) hanya akan tercapai apabila kebutuhan manusia dan kapasitas sumberdaya alam terbaharui yang akan memenuhi kebutuhan manuasia tersebut, dapat seimbang seiring dengan perjalanan waktu. Dengan kata lain, pembangunan dikatakan berkelanjutan apabila pengelolaan dan pemanfaatan alam bagi kepentingan umat manusia pada saat sekarang ini masih menjamin kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam tersebut bagi generasi kita di masa yang akan datang, sehingga pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) diharapkan dapat memberikan kerangka kerja ke arah tercapainya pembangunan yang berkelanjutan. Seperti yang sudah termuat dalam GBHN 1999 dan Propenas bahwa pembangunan ekonomi kita harus bias memanfaatkan secara optimal seluruh keunggulan sumberdaya yang dimiliki. Namun harus memperhatikan keberlanjutan usaha secara berkelanjutan. (Sambut, 2004)
Pada umumnya kegiatan pengelolaan daerah alirang sungai (DAS) seringkali di batasi oleh batas-batas politis/administratif (propinsi, kabupaten,
Daerah aliran sungai yang terdapat di kelurahan oesapa/kecamatan kelapa
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
§ untuk mengetahui pola pengelolaan daerah aliran sungai dan vegetasi di DAS Oesapa.
§ untuk mengetahui seberapa besar tingkat pencemaran dan dampaknya terhadap kehidupan vegetasi.
§ Untuk pertimbangan dalam penyusunan kebijakan, pengambilan keputusan, perencanaan dan pengembangan selanjutnya dalam pengelolaan DAS
1.3. Permasalahan
Pemanfaatan DAS oleh sebagian pihak tanpa memperhatikan tingkat kelestarian lingkungan, membuat hilangnya vegetasi, degradasi fisik lingkungan serta pencemaran yang semakin meningkat akibat limbah yang di buang ke DAS tidak diolah terlebih dahulu sehingga menimbulkan dampak bagi masyarakat yang berada di sekitar daerah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Konsep kerangka pemikiran pengelolaan DAS (Hufschmidt, 1986 dalam Asdak. (2005) menggunakan tiga dimensi analisa pengelolaan yakni: yang pertama, pengelolaan DAS sebagai proses yang melibatkan langkah-langkah perencanaan dan pelaksanaan yang terpisah tetapi mempunyai kaitan yang erat, ke dua pengelolaan DAS sebagai system perencanaan pengelolaan dan sebagai alat implementasi program pengelolaan DAS melalui kelembagaan yang relevan dan terkait, ketiga pengelolaan DAS sebagai serial aktivitas yang masing-masing berkaitan dan memerlukan perangkat pengelolaan yang spesifik. Untuk dapat tercapainya pembangunan DAS yang berkelanjutan maka kegiatan pembanguna ekonomi dan perlindungan lingkungan harus diselaraskan. Dalam hal ini diperlukan penyatuan kedua sisi pandang tersebut secara realistis melalui penyesuaian kegiatan pengelolaan DAS dan konservasi daerah hulu ke dalam kenyataan-kenyataan ekonomi dan social. Inilah tantangan formulasi kebijaksanaan yang harus dituntaskan apabila tujuan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan ingin di di wujutkan. Asdak (2005)
Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang tidak di lakukan sesuai dengan daya dukungnya dapat menimbulkan adanya krisis pangan, krisis air, krisis energi, dan lingkungan. Secara umum, dapat di katakan bahwa hampir seluruh jenis sumberdaya alam dan komponen lingkungan hidup di
2.2. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Harus Sebagai Suatu System Perencanaan
Berbagai sector pembangunan sesuai dengan misinya merencanakan, melaksanakan pemanfaatan dan pengelolaan perairan umum baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan upaya sebesar mungkin bagi upaya pencapaian tujuan sector pembangunan menurut sektornya masing-masing (Simanjuntak, 2001)
Akhir-akhir ini laju pembangunan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin meningkat termasuk yang terkait dengan tata guna lahan. Pemanfaatan dan pengelolaan DAS oleh berbagai sector telah memberikan dampak yang cukup besar, namun di lain pihak telah memberikan beban terhadap sumberdaya akuatik. Beban tersebut merupakan masalah bagi sector perikanan antara lain, berupa
Pengelolaan DAS yang efektif memerlukan penegasan isu-isu dan permasalahan penting yang memerlukan penanganan segera. Dalam konteks yang lebih luas dan untuk hasil keluaran yang bersifat fisik, pengelolaan DAS dapat di pandang sebagai system perencanaan yang menggunakan masukan ilmiah untuk menganalisa setiap permasalahan urgen dan penanggulangannya dalam setiap ruang pengelolaan. KUKR (2000) Dari sudut pandang ekonomi, system pangelolaan DAS menjadi tidak sesuai dengan yang di harapkan di karenakan adanya penambahan jumlah penduduk yang semakin banyak dan tekanan hidup yang semakin meningkat yang membuat masyarakat melihat semua lahan sebagai tempat untuk dapat menyambung hidup dengan memanfaatkannya. (Asdak, 2005)
2.3. Pengelolaan DAS dan Konsep Multiguna
Pertumbuhan penduduk
Program-program pengelolaan DAS yang bertujuan untuk meningkatkan produktifitas lahan di suatu daerah aliran sungai sebaiknya tidak mengabaikan perlunya menerapkan praktik pengelolaan DAS yang berwawasan lingkungan. Di lain pihak, aktifitas pengelolaan DAS untuk menurunkan laju erosi dan sedimentasi serta permasalahan yang berkaitan dengan sumberdaya air sebaiknya tidak mengabaikan pentingnya peranan DAS bagian hulu dalam menghasilkan barang dan jasa. Isu penting yang perlu di kemukakan adalah bagaimana dapat menyusun strategi pengelolaan DAS bagian hulu yang dapat meningkatkan pendapatan penghuni DAS yang bersangkutan melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang berwawasan lingkkungan. Pada umumnya ada dua tipe pengelolaan multiguna DAS yang umum dikenal dalam rencana pengelolaan DAS yakni: yang pertama, pengelolaan multiguna DAS yang berorientasi pada sumberdaya alam. Kedua, pengelolaan yang berorientasi pada wilayah pengelolaan. Asdak (2005) sedangkan BKPMD (2002) mengatakan bahwa pembangunan ekonomi
2.4. Pengelolaan Vegetasi dan Aliran Air Pada DAS
Pengelolaan vegetasi di daerah hulu juga dapat menurunkan aliran sedimen yang masuk ke dalam suatuperairan sehingga umurnya dapat di perpanjang. Dengan demikian, mendukung kelangsungan pemanfaatan perairan. Tapi, perencanaan pengelolaan vegetasi, terutama dalam pemilihan jenis vegetasi, untuk meningkatkan debit air yang tidak benar dapat memberikan hasil yang sebaliknya, yaitu menurunkan debit air karena cadangan air tanah di tempat berlangsungnya kegiatan tersebut berkurang oleh adanya proses evapotranspirasi vegetasi. (Taryoto, 2001)
Pengelolaan vegetasi, khussnya vegetasi hutan, telah lama dipercaya dapat mempengaruhi aktu dan penyebaran aliran air. Beberapa pengelola DAS bahkan beranggapan bahwa hutan dapat di pandang sebagai pengatur aliran air (streamflow regulator), artinya bahwa hutan dapat menyimpan air selama musim hujan dan melepasnya pada musim kemarau. Konsekuensi logis dari adanya anggapan seperti ini adalah bahwa keberadaan hutan lalu dapat menghidupkan mata-mata air yang telah lama tidak mengalirkan air, keberadaan hutan dapat mencegah terjadinya banjir dan kemudian menjadi kelihatan logis bahwa hilangnya areal hutan akan mengakibatkan terjadinya kekeringan atau bahkan dapat mengubah daerah yang sebelumnya tampak hijau dan subur menjadi daerah seperti
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Adapun waktu yang di perlukan untuk melakukan penelitian ini adalah pada bulan mei, di daerah aliran sungai (DAS) Oesapa
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:
§ Alat tulis-Menulis = untuk mencatat data yang di ambil
§ Dokumentasi = untuk mengambil gambar dalam penelitian
§ Rafia = untuk menentukan area penelitian
§ Patok = untuk membuat batasan area penelitian
§ Meter rol = untuk mengukur area penelitian
3.3. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur pengamatan dalam penelitian ini adalah sbb:
§ Bertolak dari UU. No. 24/1992 tentang lingkungan hidup.
§ Melakukan pengamatan terhadap vegetasi yang terdapat disekitar tempat buangan limbah
§ Melakukan wawancara dengan pemerintah desa setempat (kepala desa)
§ Memilih 1/10 dari pihak stake holders yang berada pada daerah tersebut
§ Melakukan diskusi dengan masyarakat (stake holders)
§ Melakukan wawancara dengan pihak
3.4. Analisa Data
Penelitian ini di analisa dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu menjelaskan dan menggambarkan mengenai situasi konkrit di lapangan (obyek penelitian) dengan tujuan untuk mendapatkan informasi aktual secara detail.
Bentuk kuisioner
Adapun bentuk kuisioner adalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan antara lain:
1 Bagaimana dampak yang terjadi akibat dari pembuangan limbah?
a. Penyakit kulit, diare
b. Gatal-gatal, air minum
c. Tidak ada
2 Apakah sudah pernah ada yang mendatangi pihak
a. Ya
b. Tidak
c. Mengapa?
3 Bagaimana tanggapan perusahaan mengenai dampak pembuangan limbah ke DAS?
a. Diam dan membiarkannya
b. Mengambil jalan keluar yang lain!...apa?
4 Apakah sudah pernah ada korban dari masyarakat akibat mengkonsumsi air dari DAS?
a. Ya
b. Tidak
c. Hanya sampai ke rumah sakit
5 Tahukah anda akibat serta bahaya dari pembuangan limbah?
a. Ya! Jelaskan?
b. tidak
6 Apakah pernah ada peraturan yang dibuat oleh perusahaan dan pemerintah desa tentang pengelolaan DAS?
a. Ya..! apakah masih terlaksana?
b. Tidak! Mengapa?
7 Apakah perusahaan sudah pernah melakukan tindakan penyelamatan terhadap lingkungan DAS?
a. Ya
b. Tidak
c. Dalam perencanaan! Kapan?
8 Sudah berapa lama
a. Kurang dari 5 tahun
b. Lebih dari 5 tahun
c. Lebih dari 10 tahun
9 Apakah sudah pernah ada tanggapan dari pemerintah mengenai hal ini?
a. Ya
b. Tidak pernah
c. Sedang berjalan
10 Apakah masyarakat pernah memberikan pernyataan pada
Agung , Valantina, Ivan. 2005. pengujian UU kehutanan dalam perspektif kebijakan pemerintah. Materi kampanye. http://www.walhi.or.id./kampanye/hutan/shk/060402-analisaptsnmk/
Asdak, Chay. Ir. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada universitas Press.
Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur, Peta Investasi Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kupang, 2002.
Ilyas. Sofyan. Ir. Petunjuk Teknis: Pengelolaan Perairan Umum Bagi Pembangunan Perikanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian
Koentjaraningrat. 1984. Masalah Pembangunan Perikanan
LIPSI. 2000. Kelautan Untuk Kesejahteraan Rakyat.
Montalalu, Maria. 2005. Usaha Tani Konservasi Untuk Pelestarian Sumberdaya Alam. Dinas Kehutanan Bogor. http://tumoutou.net/3 sem1 012/maria montolalu.htm
Purwanto, A. Drs. 1999. Dasar Limnologi. Pusat Penelitian Tanah.
Sambut, Pieter .2004. Sumberdaya Pesisir dan Laut NTT. PT Rapihbudi Mulia
Simanjuntak. 2001. Social Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan.
Tarumingkeng, C, Rudy. Ir.Dr. Prof. 2009. System Ekologi Daerah Aliran Sungai. IPB
Taryoto.2001. penelitian kelembagaan dan sosio-antropologi kelautan dan perikanan. Departemen kelautan dan perikanan.
KAJIAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
TERHADAP KEBERLANJUTAN VEGETASI
YANG TERDAPAT DI DAS OESAPA
OLEH
NAMA : YOHANES REINNAMAH
NIM : 3804009
PROGDY : PERIKANAN/ MSP
FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA
KUPANG
2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar